Disaster Response Unit (DERU)

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah jalur rangkaian gunung api teraktif di dunia yang dikenal dengan The Ring Pasific of Fire (Cincin Api Pasifik). Zona kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasific amat terkenal, karena setiap gempa bumi atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa manusia amat banyak. Dan karena itulah Indonesia mengalami berbagai macam bencana. Sebagai contoh gempa bumi, tsunami dan letusan gunung merapi, tetapi juga banjir lahar, amblesan (subsidence) letusan lumpur (mud explosion), dan juga tanah longsor.

Setiap bencana menyisakan korban dan menghancurkan kemajuan yang telah dirintis sejak puluhan tahun yang lalu. Korban jiwa yang selamat dari bencana menimbulkan masalah baru . Mereka mengalami kesulitan karena kehilangan harta benda dan mata pencaharian. Karena itulah, Universitas Gadjah Mada selaku salah satu universitas terbesar di Indonesia menunjukkan perannya dalam masyarakat dengan membentuk sebuah unit tanggap bencana yang bernaung di bawah LPPM UGM yang dikenal dengan DERU (Disaster Response Unit). Beberapa tujuan didirikannya DERUĀ  antara lain sebagai lembaga resmi UGM yang akan merespon setiap bencana yang terjadi di Indonesia, menaungi mahasiswa UGM yang mempunyai minat menjadi relawan, dan berperan sebagai penerima dan penyalur bantuan, baik berupa barang maupun uang.

DERU dalam sejarahnya dibentuk sebagai bentuk kepedulian dari UGM terhadap berbagai bencana di Indonesia terutama bencana dalam skala besar dan nasional yang memburuhkan penanganan yang cepat, tepat dan efektif. UGM mempunyai SDM dengan latar belakang berbagai keilmuan yang dibutuhkan masyarakat ketika terjadi bencana. Hampir semua keilmuan yang dibutuhkan dalam tanggap bencana tersebut ada di UGM seperti bidang kesehatan, pertanian, kehutanan, kedokteran hewan, peternakan, fisik struktur dan infrastruktur, sosial kemasyarakatan, psikologi, teknologi dll. Dalam perkembangannya kegiatan DERU tidak hanya bersifat insidentil ketika terjadi bencana namun saat ini kesiapsiagaan terhadap terjadinya bencana menjadi program penting juga, kesiapaan anggota DERU, staf di UGM terhadap kemungkinan bencana internal yang setiap saat mungkin terjadi, menyiapkan masyarakat desa supaya siap terhadap bencana , membangun kerjasama dengan berbagai institusi terkait dan pemda seluruh Indonesia, membuat leaflet dan informasi kepada masayarakat tentang kebencanaan dll.

Beberapa contoh Kegiatan DERU UGM dalam rangka penyiapan dan kesiapsiagaan relawan, anggota DERU dan staff dilingkungan UGM menghadapi berbagai jenis bencana:

  1. Pelatihan simulasi tanggap bencana untuk internal staff UGM
  2. Pelatihan dan workshop tanggap bencana bagi anggota DERU
  3. Penguatan kelembagaan DERU dengan pembentukan struktur kepengurusan dan pembutaan standar operasional prosedur (SOP) untuk kegiatan DERU.
  4. Persiapan dan aktifitas DERU mendukung terbentuknya desa tangguh bencana.

Pelatihan simulasi dan evakuasi merupakan salah satu kegiatan dalam membangun manajemen mitigasi bencana di Kampus UGM pada dasarnya adalah penguatan kelembagaan di lingkup Universitas Gadjah Mada. Harapan nanti dapat kedepan UGM akan menjadi Kampus Tangguh, dalam artian jika terjadi bencana lagi dalam dalam berbagai skala di DIY terutama wilayah UGM, dapat dikerahkan sumberdaya baik SDM, peralatan yang dimiliki mampu secara mandiri menyelesaikan permasalahan dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana tersebut. Dalam penguatan kelembagaan ini tentu juga harus adanya suatu pedoman penanganan kedaruratan di lingkup UGM yang mempunyai kekuatan hukum, dan ini tentunya dapat tertuang dalam bentuk Keputuan Rektor ataupun peraturan-peraturan lainnya. Tentu tidak mudah dalam menjalankan mitigasi secara komprehensif, untuk menyikapinya juga diperlukan pelatihan, dan penyebar luasan informasi melalui buku panduan kedaruratan, dan juga simulasi evakuasi bila diperlukan dalam penanggulangan bencana.

Kegiatan-kegiatan workshop untuk anggota DERU sudah dilakukan beberapa kali dengan mengundang pengajar dan pelatih dari berbagai lembaga terkait antara lain BNPB Pusat, BPBD DIY, Pusat Studi Bencana, PK3, dari pakar-pakar bencana dari UGM. Diharapkan kegiatan ini akan meningkatkan pengetahuan, pengalaman, jiwa relawan dan evisiensi srta aktifitas kegiatan DERU.

 

Pelayanan

DERU sebagai unit penanganan bencana dalam perannya melakukan tahap-tahap yang meliputi tanggap darurat, recovery, dan rehabilitasi rekonstruksi.

 

  • Tahap tanggap darurat

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana dan prasarana.

 

  • Recovery

Upaya-upaya untuk mengembalikan kegiatan masyarakat yang sempat terhenti saat terjadinya bencana baik yang berhubungan tentang perekonomian atau pun di luar kegiatan ekonomi.

 

  • Rekonstruksi

Meliputi pembangunan kembali sarana dan prasarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya, tegaknya hokum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

 

  • Rehabilitasi

Merupakan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintah dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.

 

Seiring dengan semakin banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia DERU telah menunjukkan perannya dalam hal penanganan bencana. Bencana-bencana yang terjadi di Indonesia antara lain gempa bumi Padang, banjir bandang Wasior, gempa bumi Jogja, erupsi Gunung Merapi, gempa bumi Tasikmalaya, dan sebagainya. Pada gempa yang terjadi di Padang bulan Oktober 2009 DERU UGM mengirimkan mahasiswa KKN-PPM dalam upaya recovery dan rehabilitasi wilayah pasca bencana. Para mahasiswa bekerja sama dengan pemerintah daerah, lembaga-lembaga kesehatan dan sosial baik swasta maupun milik pemerintah dalam usaha trauma healing yang dialami para korban. Pada bencana banjir bandang Wasior bulan Oktober 2010, UGM melakukan publikasi hasil analisis geologi kepada pemerintah dan masyarakat untuk memberi masukan kepada pemerintah dalam menentukan lokasi hunian dan membuat perencanaan wilayah kota. Diharapkan dalam menentukan lokasi hunian bagi masyarakat, pemerintah sudah mempertimbangkan resiko bencana yang muncul. Pengiriman tim ahli/relawan pun dilakukan untuk membantu mengatasi trauma pasca banjir bandang.

Bencana besar lain yang terjadi adalah gempa bumi Jogja yang terjadi tahun 2006. Peristiwa gempa bumi 5,8 SR tersebut menimbulkan korban jiwa yang berjumlah sampai puluhan ribu orang. Sarana dan prasarana publik banyak yang hancur. Saat itu DERU UGM bekerja sama dengan lembaga-lembaga lainĀ  berupaya dalam masa tanggap darurat, recovery, dan rehabilitasi rekonstruksi. UGM kembali menerjunkan mahasiswa KKN-PPM untuk membantu masyarakat mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi pasca gempa. Bantuan logistik berupa barang maupun uang. Dan peristiwa bencana yang cukup fenomenal yang belum lama terjadi yaitu peristiwa erupsi Merapi. Peristiwa yang terjadi tanggal 26 Oktober 2010 disusul letusan kedua pada tanggal 5 Nopember 2010 telah merenggut ratusan jiwa dan memporak-porandakan 4 kabupaten sekaligus terkait dengan letak geografis Gunung Merapi yang berada di 4 kabupaten di DIY dan Jawa Tengah. DERU UGM bekerja sama dengan lembaga lain berkontribusi dalam upaya tanggap darurat, recovery, dan rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana. Pada masa tanggap darurat, DERU UGM bersama dengan tim medis dan kesehatan hewan terus berupaya dalam penyelamatan korban manusia dan hewan ternak milik warga sekitar lereng Merapi. Bantuan logistik berupa barang dan uang juga disalurkan melalui DERU UGM. Saat ini DERU UGM bekerjasama dengan lembaga pemerintah mengusahakan hunian sementara atau HUNTARA bagi para korban erupsi Merapi yang selamat tetapi kehilangan harta benda.